Thursday, 20 January 2011

DIDIRIKAN JURAGAN GULA, BERKREASI MENJUAL ROSELA

Panti Asuhan Kristen Tanah Putih

Mengasuh puluhan anak dari berbagai latar belakang tentu bukan pekerjaan mudah. Terlebih, sebagian besar adalah anak yang awalnya “bermasalah”. Tapi itulah keseharian 12 pengasuh Panti Asuhan Kristen Tanah Putih. Mereka mengawal anak asuh sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Seperti apa?

RAHMAT PETUGURAN

Pohon natal setinggi dua meter berdiri di ruang tamu Panti Asuhan Kristen Tanah Putih di Jalan dr. Wahidin. Di bawahnya tergelatak beberapa kartu ucapan natal. “Kepada pengasuh PAK Tanah Putih, selamat natal. Semoga Tuhan memberkati,” demikian bunyi salah satunya. Beberapa anak, berusia antara 4 sampai 17 tahun asyik bercengkrama di dekatnya.

Saat ini PAK Tanah Putih mengasuh tidak kurang dari 44 anak. Rachel, wakil pimpinan panti yang mengaku lebih senang disebut ibu panti, mengatakan, dari jumlah itu 28 putri sedangkan 16 lainnya putri. Yang paling kecil 4 tahun, yang paling besar 20 tahun. “Mereka semua dari semarang. Ada yang yatim piatu, yatim atau piatu, ada juga yang karena ditelantarkan keluarganya sehingga kami asuh di sini,” ucapnya.

Salah satu anak itu, Valeri, tampak gembira menyambut natal. Ia berlari kecil meminta pangku pengasuh. Ketika seorang donatur memintanya berfoto bersama, ia tampak malu-malu.

PAK Tanah Putih didirikan pada 15 Agustus 1930 oleh seorang juragan gula kaya raya bernama Oei Tiong Ham. Ia prikhatin dengan anak-anak korban perang saat itu. Banyak yang terlantar karena orang taunya meninggal. Meski mengaku tidak tahu persis jumlahnya, panti asuhan ini telah membantu banyak anak. “Mungkin ribuan. Tapi saya tidak tahu persis jumlahnya,” lanjut Rachel.

Dari jumlah itu, banyak anak asuhan yang sudah sukses. “Ada yang sekarang jadi dokter, perawat, pengusaha, kepala sekolah, guru,” lanjut Rachel.

Awalnya PAK berlokasi di Jalan Karreweg atau Dr. Cipto nomor 82 sebelum pindah ke Karangsari. Pada masa penjajahan Jepang, PAK pindah lagi ke Jalan Wahid Hasyim. Sejak 23 Desember 1949 pindah ke Jalan Dr Wahidin Tanah Putih. Kini pengelolaannya diserahkan pada GKI Beringin Semarang.

Keberhasilan PAK mendampingi anak-anak tidak lepas dari kerja keras para pengasuhnya. Mereka mendampingi anak-anak sejak bangun hingga tidur kembali. Pukul lim pagi mereka bangun untuk berdoa bersama. Anak-anak juga disekolahkan dan dibekali beberapa keterampiln supaya hidup mandiri. “Mereka semua sekolah. Bahkan bagi yang pintar akan kami sekolahkan hingga perguruan tinggi,” lanjut Rachel.

Selain bimbingan rukhani, pendampingan psikologisjuga diberikan kepada anak-anak. Meski ada psikolog yang datang seminggu sekali, justru para pengasuhlah yang kerap harus menyelesaikannya. Sebab, anak-anak lebih dekat dengan para pengasuhnya.

Pengelola panti saat ini tengah membangun asrama supaya bisa ngopeni lebih banyak. Sebab, selama ini ada beberapa anak yang terpaksa tidak dapat diterima karena kapasitasnya penuh. “Kami akan kembalikan supaya menjadi panti putri. Yang putra, sementara ini kami tidakterima. Kami menunggu anak-anak yang saat ini ada sampai bisa mandiri,” lanjut Rachel.

pihak panti tidak hanya mengurus pendidikan. Beberapa anak yang sudah siap kerja juga dibantu. Bahkan, ada alumni yang idnikahkan oleh panti karena saat itu belum mampu. “Kalau sudah berkeluarga lain. Mereka harus sudah mandiri supaya kami mengasuh anak lainnya,” ucap Rachel sembari tersenyum.

Untuk membiayai keperluan panti, sejumlah donatur rajin menyumbangkan uang dan bahan makanan. Para donatur kebanyakan adalah perorangan. “Perusahaan ada, tapi tidak rutin,” ungkap Rachel. Pemerintah kota, provinsi, dan pusat diakui rachel juga kerap memberi bantuan.

Namun, selain itu, panti juga berkeasi membuat teh rosela, madu, dan keripik singkong untuk dijual. Menurut Rachel, produk-produk itu bahkan banyak yang telah dikirm ke Jakarta. Para donatur yang tertarik biasnya membeli produk-produk itu dalam jumlah besar. “Yang paling laku, kerpikik singkong. Enak itu,: ungkap Rachel.
Rachel optimis, anak-anak yang diasuhnya bisa menjadi manusia yang bermartabat dan diberkati Tuhan. Apalagi, menurutnya, setiap anak memiliki potensi keshalehan yang sama. “Anak yang saat kecil nakal, biasanya malah berpotensi. Mereka berbobot,” lanjutnya.

Karena itu, Rachel dan 11 orang lain mengaku tetap senang melakoni keseharian mengurus panti. Ada kepuasan batin yang tidak terukur ketika melihat anak-anak yang diasuhnya tumbuh menjadi hamba Tuhan yang taat. “Setiap anak memiliki Tuhan. Semua ini berkat roh Kudus dan Tuhan Yesus, hanya saja disampikan melalui kami. Kami puas bisa melayani mereka” tutur Rachel.

No comments:

Post a Comment