Thursday, 14 January 2010

Jateng Pelopor Energi Alternatif

Kincir Air-Muhamad Tohir, pembuat kincir air dari Banjarnegara. Jawa Tengah memiliki potensi energi alternatif. (sumber gambar: prestasiprestasi.wordpress.com)

Pemadaman listrik bergilir yang dilakukan PLN di berbagai daerah beberapa waktu lalu adalah buntut panjang dari kelangkaan minyak. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kelangkaan gas elpiji, dan pemadaman bergilir bisa jadi merupakan kejadian yang saling berkorelasi.

Buktinya PLN kerap mengatakan pemadaman terjadi karena pengurangan pasokan BBM ke pembangkit sehingga produksi listrik berkurang. Meski seruan peghematan sudah lama didengungkan, tapi tak membawa dampak besar. Di sejumlah daerah, bahkan ibu kota Jakarta, pemadaman terus terjadi. Meski bukan yang pertama, krisis energi yang kita alami, bisa jadi adalah yang terburuk sepanjang sejarah kelistrikan nasional.

Bar kali ini pemerintah mengemukakan ide-yang sedikit gila-untuk merubah hari libur bagi sejumlah produksi agar penggunaan listrik merata. Akibatnya, pengusaha yang mengaku terus menerus merugi protes. Mereka mengancam akan memPHK sejumlah karyawan. Sedangkan investor asing juga tak klah geram, mereka mengancam memindahkan investasinya ke negara lain. semua itu terjadi karena satu hal; kelangkaan energi.

Sebenarnya, untuk meningkatkan produksi listrik nasional dalam waktu dekat PLN akan membangun 40 pembangkit baru. Produksi listrik ke 40 pembangkit baru itu ditarget mencapai 10.000 MW. Namun 75 persen di antaranyaa masih menggunakan bahan bakar batu bara, sehingga rentan menimbulkan masalah lingkungan. Menurut data PLN, dari seluruh pembangkit listrik yang dimiliki, 30 persen masih menggunakan BBM, sedangkan 23 persen lainnya menggunakan batu bara.


"Menurut data PLN, dari seluruh pembangkit listrik yang dimiliki, 30 persen masih menggunakan BBM, sedangkan 23 persen lainnya menggunakan batu bara."

Menipisnya cadangan minyak nasional kian memprihatinkan. Meski ladang-ladang minyak baru terus dibuka, hasil produksi nasional tidak cukup untuk menghandle kebutuhan minyak dalam negeri. Disarankan, Pertamina juga mesti mulai berinisiatif menambah kepemilikan ladang minyak di luar negeri, seperti di Timur tengah atau Afrika. Namun untuk mewujudkannya, diperlukan pendekatan politik yang intensif dan sistematis. Sedangkan selama ini diplomasi kita dikenal masih lemah.

Sudah saatnya, minyak tidak menjadi tumpuan produksi energi nasional. Selain terus mengeksplorasi ladang-ladang minyak, diperlukan langkah sistematis agar kelangkaan energi seperti yang saat ini kita alami tidak terulang. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, mesti fokus pada pemberdayaan potensi lokal, termasuk dengan mengembangkan sumber energi alternatif.

Energi Alternatif
Di Indonesia, cadangan panas bumi yang tersebar di seluruh wilayah diperkirakan mencapai 27.000 MW, sedangkan yang dapat dimanfaatkan baru 900 MW. Artinya, hanya 3, 34 persen energi yang tersedia yang sudah dapat dimanfaatkan. Di Jawa Tengah juga terdapat sumber energi panas bumi, antara lain tersebar di Dieng (Wonosobo), Guci (Tegal), Baturaden (Banyumas) dan Gedongsongo (Semarang).

Selain potensi tambang, Jawa Tengah sebenarnya memiliki keunggulan dalam produksi energi bio diesel. Iklim tropis, luas lahan, kesuburan tanah, dan curah hujan sangat memungkinkan pertumbuhan bahan baku biodiesel seperti kelapa sawit, tebu, singkong, jagung, dan sorghum. Belum lagi adanya nipah, jarak, sagu dan enceng gondok. Namun sumber energi alternatif tersebut belum dimanfaatkan sepenuhnya.

Pengolahan bijih buah jarak contohnya, Sebenarnya dapat diolah sebagai pengganti minyak. Namun, meski ide ini muncul sejak lama, belum ada produksi secara massal, baik oleh pemerintah maupun swasta. Padahal di Jawa Tengah tersedia lahan cukup luas untuk membudidayakan jarak. Sedangkan tebu, yang antara lain dimiliki daerah Brebes dan Bumiayu sejauh ini hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku gula. Padahal tebu juga dapat diolah sebagai penghasil etanol.

Potensi peternakan Jawa Tengah, antara lain di daerah Sragen, Banyumas, dan Blora juga potnesial dikembangkan gas biodiesel berbahan baku kotoran ruminansia. Jika diproduksi massal, gas ini dapat menggantikan fungsi elpiji, baik untuk rumah tangga maupun industri. Sedangkan di Boyolali terdapat potensi pabrik tahu yang ampasnya dapat diolah menjadi bahan bakar gas (BBG).

"Potensi peternakan Jawa Tengah, antara lain di daerah Sragen, Banyumas, dan Blora juga potnesial dikembangkan gas biodiesel berbahan baku kotoran ruminansia."

Aliran sungai besar di Jawa Tengah, dengan debit air 1,57-552 m2 /detik, juga terkesan kurang pemanfaatan. Gerak air dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik mokrohidro. Ini mungkin dilakukan mengingat beberapa sungai di Jawa Tengah memiliki debit air yang cukup. Sungai–sungai potensial ini antara lain tersebar di Banyumas, Jepara, Kendal, Kebumen, Cilacap, Banjarnegara, dan Blora. Oleh penduduk setempat, aliran sungai sebenarnya pernah dimanfaatkan. Namun karena keterbatasan alat, listrik yang dihasilkan masih sangat kecil dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Dalam pemberitaan, pernah pula ditayangkan seorang warga di sekitar waduk Jenderal Soedirman (Banjarnegara) yang mengolah tanaman enceng gondok menjadi gas. Melalui proses fermentasi, enceng gondok dapat diolah menghasilkan etanol. Oleh penemunya, gas tersebut hanya digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti memasak. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sebenarnya sudah memiliki inisiatif, namun belum terfasilitasi.

PLN Jateng dan DIY mencatat, terjadi peningkatan rumah tangga pengguna listrik hingga 2,12 persen. Hingga 2007 saja tinggkat elektrifikasi mencapai 66,23 dari keselurah jumlah penduduk. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat mengingat pertambahan penduduk dan perluasan jaringan. Bahkan PLN Jateng dan DIY menargetkan pertambahan pelanggan hingga 200.000 per tahun.

Jika tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah pembangkit, pasokan listrik tidak akan mencukupi. Target PLN mungkin akan sulit terwujud jika pembangkit masih mengandalkan BBM. Sudah saatnya produksi listrik berpaling ke energi alternatif yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dan dengan potensi yang dimilikinya, Jawa Tengah bisa menjadi pelopor.

Surahmat
Pegiat Komunitas Nawaksara Banjarnegara

2 comments:

  1. mas, kunjungi juga blog saya

    http://creativeendless.wordpress.com/2011/02/11/lestari-alamku-menjadi-selaras-hidupku/

    ReplyDelete
  2. Oke Mas Yayan. Sudah ke TKP. Guuuuud....

    ReplyDelete