Bagi masyaarakat Jawa Tengah kedahsyatan fenomena geologi dan keindahan alam Dieng telah diakui sejak lama. Objek wisata ini juga terkenal karena menyimpan beragam benda bersejarah, seperti Candi dan ertefak. Namun meski menyimpan potensi besar Dieng belum mampu menjadi sumber Pendapaatan Asli Daerah (PAD) yang menjanjikan. PAD Banjarnegara yang dihasilkan Dieng pada 2008 lalu hanya Rp. 565 juta, jauh di bawah TRMS Serulingmas yang mampu mencapai Rp. 1, 19 milyar.
Mengenai rendahnya angka kunjungan ke Dieng ada dua kemungkinan sebab yang patut dicermati bersama. Pertama, calon wisatawan enggan ke Dieng karena belum adanya infrastruktur pariwisata yang memadai. Kedua, promosi wisata yang dilakukan Dinas Periwisata dan Kebudayaan kurang gencar sehingga Dieng kalah pamor.
Untuk mengatasinya pemerintah sebenarnya bisa mencoba berbagai cara, termasuk dengan menggelar Expo (pameran) pariwisata Dieng. Selain untuk menggaet calon wisatawan cara ini diperkirakan mampu mengundang stakeholder yang mau berinvestasi melengkapi infrastruktur pariwisata.
Terintegrasi
Expo diperlukan karena produk pariwisata daerah sifatnya berbeda dengan produk berupa barang dan jasa. Produk pariwisata harus dipromosikan secara terpadu dengan sarana pendukungnya, tidak boleh terpisah. Sebab, jika salah satu sarana pendukung tidak dimiliki semolek apapun produk wisata tidak akan dipilih sebagai tujuan wisata.
Kepaduan diperlukan dengan menggabungkan pesona wisata, akses informasi, transportasi, dan akomodasi. Kelima hal tersebut harus menjadi satu-kesatuan (paket) yang bisa didatangkan secara mudah dan murah. Apalagi karakter wisatawan, baik lokal maupun asing, tidak mau repot. Mereka enggan mengurusi hal remeh-temeh karena dapat mengganggu keasyikaan berwisata.
Supaya kelima hal dapat diintegrasikan, diperlukan kerja sama yang masif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pengusaha pariwisata. Pemerintah pusat, baik melalui Departemen Pariwisata maupun Depertemen Luar Negeri, bertugas menjaring wisatawan asing, termasuk dengan mengikuti pameran pariwisata Internasionaal Tourism Bourse (ITB) 11-15 Maret lalu.
Pemerintah daerah, selain aktif mengikuti pameran pariwisata internasional, juga perlu menggelar pameran wisata di tingkat lokal. Tindakan agresif semacam ini perlu dilakukan sebab calon wisatawan adalah pasar potensial yang diperebutkan banyak daerah. Masing-masing daerah menawarkan pesona wisata beserta keunikan khazanah lokalnya. Maka seperti yang banyak orang Jawa katakan, ora dhisit ora keduman.
Strategi Promosi
Sebelum mencapai tujuan utama yakni mendatangkan wisatawan, Dieng Expo harus memenuhi tujuan awal. Pertama, mempromosikan lokalitas wisata sebagai tujuan wisata yang menarik dan menguntungkan wisatawan. Sebab, keunggulaan wisata daerah terletak pada kekayaan lokal, baik objek alam, masyarakat, maupun seni tradisi yang berkembang. Kedua, memantapkan citra wisata daerah di pasar domestik dan internasional. Ketiga, menyebarkan pengetahuan tentang produk-produk wisata yang telah dikembangkan melalui berbagai media. Dan keempat, membina komunikasi yang efektif dengan media dan pers internasional.
Untuk mencapai tujuan di atas expo diperkirakan mampu mencapainya. Meski telah banyak dilakukaan kompetitor, expo diyakini efektif sebab dapat menyampikaan program promo secara langsungn. Jika Dieng Pariwisata Expo digelar, pengunjung yang datang adalah anggota masyarakat yang diasumsikan berminat mengunjungi Dieng atau setidaknya ingin mengetahui Dieng. Rasa ingin tahu masyarakat adalah potensi sebab bisa diubah menjadi keinginan berkunjung dengan presentasi yang meyakinkan.
Meski demikian, expo tidak dapat dijadikan satu-satunya alat promosi. Expo adalah bentuk publikasi yang perlu didukung unit lain, seperti pengembangan public relation dan penetrasi kepada calon wisatawan. Keduanya diperlukan sebagai tindak lanjut setelah expo berakhir.
Untuk mendukung expo, kekuatan tagline dalam strategi pariwisata juga penting diperhitungan. Sebab, sebagaimana diungkapkan Tung Desem Waringin dalam Revolusi Marekting, tagline mampu menyampikaan pesan secara cepat namun berkesan. Tanpa menggunakan kalimat yang panjang, tagline mampu menggelitik keinginan calon wisatawan.
Karena itulah, hampir semua daerah tujuan wisata memiliki tagline. Kota metropolitan Jakarta misalnya, selalu menampilkan tag Enjoy Jakarta dalam tiap iklan pariwisatanya. Bandung memilih tagline Paris Van Java, sedangkan Solo memilih tagline Spirit of Java.
Supaya promosi wisaata Dieng dapat berkesan, ada baiknya pengelola objek wisata Dieng juga menciptakan tagline dengan mempertimbangkan daya tarik yang dimilikinya.
Dieng adalah wisata alam yang terpadu dengan wisata historis dan budaya. Di kawasan setinggi 2.000 dpl ini tersaji beragam fenomen alam, peninggalan benda sejarah, dan seni tradisi yang unik. Maka, merujuk pada karakter tersebut, tagline yang mungkin digunakan adalah Dieng, everything you want. Supaya lebih berkesan Dieng juga bisa memakai tagline Go to Dieng before you die (ke Dienglah sebelum Anda meninggal).
Surahmat
Pegiat Komunitas Nawaksara Banjarnegara
Thursday, 14 January 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment