Thursday, 14 January 2010

Kendala Promosi Pariwisata Banjarnegara

Ledakan besar di kawah Sileri, Banjarnegara, Senin (28/9) lalu membuat kita semakin takjub dengan fenomena alam di Dieng. Di dataran tinggi ini berbagai fenomena geologi sangat mudah dijumpai. Karena itulah Dieng sebenarnya bisa menjadi objek wisata yang sangat potensial, setara dengan objek wisata Bukit Genting di Malaysia, bahkan Grand Canyon di Arizona, Amerika Serikat yang sudah sangat tersohor.

Sayangnya, hingga saat ini potensi wisata Dieng belum digarap optimal. Tahun lalu kawasan wisata Dieng baru mampu menyumbang PAD sekitar Rp. 565 juta, jauh di bawah Taman Rekreasi Marga Satwa (TRMS) Serulingmas yang mampu menyumbang Rp. 1,19 miliar. Dengan kondisi alam yang demikian memukau, mestinya Dieng mampu menghasilkan PAD lebih besar.

Sebagai daerah yang memiliki keragaman topografi, potensi wisata Banjarnegara sebenarnya sangat variatif. Berbagai potensi wisata mulai dari wisata alam, wisata sejarah, petualangan, budaya, hingga religi tersedia di daerah ini.

Sekadar contoh, wisata alam dapat dinikmati dengan mengamati beragam fenomena geologi menarik di dataran tinggi Dieng. Di Kawasan setinggi 2.093 mdpl ini terdapat kawah Sikidang, kawah Candradimuka, dan Sumur Jalatunda yang mempertotontonkan kedahsyatan aktivitas alam. Kondisi ini didukung oleh hawa dingin yang nyaman dan keragaman budaya masyarakat sekitar.

Di Dieng juga tersaji potensi wisata sejarah yang menakjubkan. Setidaknya terdapat tujuh komplek candi yang menjadi bukti peradaban kerajaan Mataram Lama. Mulai dari Candi Arjuna, Semar, Srikandi, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, Gatotkaca, hinggaBima sebenarnya menarik untuk dikupas. Apalagi sejak 1978 di sekitar komplek candi Arjuna telah dibangun museum purbakala yang menyimpan beragam arca dan batu-batu bersejarah. Namun sayangnya, potensi yang melimpah ini belum menjadi komoditas pariwisata yang menjanjikan.

Telah lama disadari, sektor pariwisata berpotensi menjadi lahan basah bagi sebuah daerah. Selain itu, pariwisata merupakan akselerator aktivitas ekonomi di bidang lain. Melalui pengembangan sektor pariwisata, sektor perdagangan barang dan jasa, juga transportasi dipastikan ikut terdongkrak. Dampak kemajuan sektor pariwisata diyakini akan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat sekitar.

Tiga Masalah

Belum optimalnya pengelolaan objek wisata di Banjarnegara terkait dengan tiga masalah yang membelit, yakni infrastruktur, promosi, dan poltical will pemerintah.
Meski pariwisata tidak melulu berupa objek fisik, pengembangan infrastruktur sangat diperlukan sebagai penunjang supaya sebuah objek wisata tidak menjemukan.
Kemandekan pengembangan infrastruktur dapat diamati di TRMS Serulingmas. Dari tahun ke tahun kebun binatang ini nyaris tidak berkembang. Koleksi satwa tidak mengalami penambahan, sarana permainan juga ajeg, sementara wisata edukasi yang pernah digagas sampai saat ini belum terwujud.

Akibat kemandekan pembangunan infrastruktur TRMS Serulingmas dianggap sebagian masyarakat membosankan. Mereka enggan berkunjung kembali karena akan menemui hal yang sama pada kunjungan sebelumnya. Hal ini terbukti dengan menurunnya angka kunjungan pada lebaran tahun ini dibandingkan lebaran tahun sebelumnya.

Masalah kedua, pariwisata Banjarnegara tidak didukung dengan program promosi yang memadai. Hingga saat ini nyaris tidak ada paket-paket wisata yang dikemas dan ditawarkan pada calon wisatawan. Padahal dalam strategi marketing, promosi adalah aspek yang sangat menentukan keberhasilan transaksi.

Ketiga, masyarakat juga perlu mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam menggarap potensi wisata. Sebagai daerah dengan potensi pariwisata melimpah, komitmen Pemda mestinya tertuang dalam sejumlah regulasi (Perda). Dengan diberlakukannya Perda Pariwisata diharapkan terjalin kerja sama yang menguntungkan antara Pemda, pelaku usaha, dan masyarakat.

Perda diperlukan untuk menjamin berfungsinya unsur pendukung pariwisata, seperti transportasi, keamanan, dan akses informasi. Agar ketiga unsur tersebut mampu mendongkrak angka kunjungan wisata maka Pemda bertindak sebagai organisator.
Akses informasi yang memadai sangat diperlukan agar calon wisatawan, baik lokal maupu internasional, tertarik berkunjung. Transportasi umum diatur dengan mempertimbangkan keaksesan objek wisata. Sementara keamanan diperlukan untuk menjamin para wisatawan merasa terlindungi ketika berkunjung.

Untuk menambah keragaman objek wisata, sejak 2004 lalu Pemerintah Daerah sebenarnya telah menetapkan desa wisata di Gumelem Kecamatan Susukan. Desa wisata ini rencananya akan dikembangkan dengan mengintegrasikan wisata alam, budaya, kerajinan, dan petualangan. Namun, karena komitmen Pemda yang rnedah, hingga saat ini pengembangan infrastruktur desa wisata ini seperti mengalami kemandekan. Keindahan alam dan keunikan tradisi masyarakat setempat masih tetap mentah karena tidak dipadupadankan dengan potensi lain.

Surahmat
Pegiat Komunitas Nawaksara Banjarnegara

No comments:

Post a Comment