Libur lebaran selalu menjadi saat yang dinantikan pengelola objek wisata (OW) karena bisa terjadi lonjakan angka kunjungan. Namun, bagi pengelola objek wisata di Banjarnegara, liburan lebaran menjadi saat yang mencemaskan sebab ada kemungkinan angka kunjungan menurun dari tahun lalu. Karena itulah masyarakat dan pengelola OW di Banjarnegara berharap banyak pada realisasi pembangunan Taman Syailendra.
Taman Syailendra adalah konsep manajemen objek wisata terpadu yang melibatkan enam kabupaten di Jawa Tengah, yakni Banjarnegara, Batang, Pekalongan, Wonosobo, Temanggung dan Semarang.
Proyek prestigius itu diharap mampu menggairahkan sektor pariwisata Banjarnegara yang beberapa tahun terakhir sedang melesu. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor ini terus menurun sebab ada kemandekan pembangunan infrastruktur pariwisata. Padahal tahun lalu sektor pariwisata mampu menyumbang PAD hingga Rp. 1,8 milyar atau 3,67 persen dari total PAD Kabupaten Banjarnegara. Dari jumlah tersebut sumbangan terbesar berasal dari TRMS Serulingmas, sebesar 1,19 milyar dan kawasan wisata pegunungan tinggi Dieng 565 juta.
Tiga Masalah
Secara umum ada tiga masalah yang membelit pengembangan sektor pariwisata Banjarnegara sehingga sulit berkembang. Selain pembangunan infrastruktur yang lamban, Banjarnegara kurang mampu mengemas potensi wisata dan mempromosikannya.
Persoalan infrastruktur pariwisata memang dialami oleh daerah-daerah lain, tidak hanya Banjarnegara. Namun mengamati pembangunan infrastruktur di daerah sekitar, katakanlah Purbalingga dan Wonosobo, Banjarnegara tertinggal cukup jauh. Dalam lima tahun terakhir pemerintah tidak membangun fasilitas pariwisata yang berarti sehingga objek wisata yang telah ada dianggap membosankan.
Pengembangan yang lamban, umpamanya terjadi pada TRMS Serulingmas. Sebagai objek wisata yang menyumbang PAD terbesar, kondisi TRMS Serulingmas kurang mendapat perhatian. Koleksi binatang di sana tidak mengalami penambahan yang berarti. Sedangkan fasilitas pariwisata lain, seperti area bermain dan kelengkapan pariwisata pendidikan sangat terbatas.
Pengemasan dan promosi produk wisata yang selama ini dilakukan Pemerintah Kabupaten dan pelaku bisnis pariwisata belum menunjukkan hasil signifikan. Hal tersebut dapat diamati pada objek wisata dataran tinggi Dieng, sebuah objek wisata yang sebenarnya sudah dikenal secara nasional. Meski namanya moncer, pada tahun 2008 objek wisata tersebut hanya mampu menyumbang PAD sebesar 565 juta rupiah. Padahal jika promosi dilakukan lebih baik, potensi Dieng jauh lebih besar dari nominal tersebut.
Sebuah Solusi?
Konsep wisata terpadu Taman Syailendra diharap mampu menggairahkan kembali industri pariwisata Banjarnegara beberapa tahun ke depan. Mengingat proyek ini melibatkan enam kabupaten, hasil pembangunan proyek ini diharap tidak kalah prestigius.
Proyek ini awalnya digagas oleh Bupati Wonosobo Cholik Arief sekitar tiga tahun silam. Namun maping dan konsep baru disetujui oleh enam pemimpin daerah pada pertengahan Maret 2009. Saat itu masing-masing kepala daerah mengungkapkan strategi dan kesiapannya untuk merealisasikan proyek tersebut.
Nama Syailendra diambil dari nama Raja Mataram Kuno yang berkuasa pada abad 8 Masehi. Dalam literatur sejarah, ia melakukan perjalanan ke Jawa dan sukses membangun Dinasti Syailendra. Pada masa kekuasaannya, ia banyak meninggalkan jejak sejarah di Jawa, berupa candi, seni pertunjukan, dan kesusasteraan yang tersebar di Semarang, Temanggung, Batang, Pekalongan, Banjarnegara, dan Wonosobo.
Berawal dari realitas sejarah tersebut Taman Syailendra digagas untuk menggabungkan daya tarik wisata di keenam kabupaten tersebut. Sebab pada masing-masing wilayah terdapat peninggalan sejarah dinasti Syailendra, wisatawan diharap mendapatkan gambaran yang utuh tentang perjalanan dinasti tersebut. Untuk mewujudkannya digagas sebuah paket perjalanan wisata lintas kabupaten, berawal di Semarang melintasi Batang, Pekalongan, Banjarnegara, Wonosobo, dan berakhir di Temanggung.
Meski gagasan perjalanan wisata terpadu ini termasuk cemerlang, ada sejumlah kendala yang menghalangi realisasinya. Karena wisata terpadu Taman Syailendra melibatkan enam kabupaten yang secara geografis terpisah cukup jauh, sasarannya adalah wisatawan lokal kelas atas atau wisatawan asing. Karena perjalanan Semarang-Temanggung memerlukan biaya yang cukup besar, paket wisata ini dipastikan kurang diminati wisatawan lokal kelas menengah ke bawah.
Untuk mengatasinya, pengelola perlu mendukung proyek ini dengan promosi yang masif. Tidak hanya di dalam negeri, promosi perlu dilakukan di negara-negara seperti Amerika dan Australia yang selama ini potensial menyumbang wisatawan. Hal ini memang tidak harus dilakukan sendiri oleh pengelola, namun dapat dilakukan oleh agen-agen wisata lokal yang tersebar di negara-negara tersebut.
Perjalanan mengelilingi Taman Syailendra setidaknya membutuhkan waktu hingga dua hari sehingga memerlukan fasilitas tambahan, seperti rumah makan dan penginapan. Bahkan karena medan yang akan dilalui adalah kawasan perbukitan, alat transportasi yang akan digunakan perlu disesuaikan. Untuk mencapai Dieng dan Gedongsongo yang jalannya naik misalnya, tidak mungkin dilakukan dengan bus besar.
Permasalahan kecil semacam ini perlu dipecahkan dengan melibatkan penduduk setempat. Misalnya, untuk mencapai titik tertinggi Dieng (komplek Candi Arjuna), pengelola bekerja sama dengan pengusaha rental mobil Jeep setempat. Sedangkan untuk menuju Candi Gedongsongo di Kecamatan Bandungan, Semarang, bisa digunakan kuda yang disewakan penduduk setempat.
Memang diperlukan komitmen berbagai pihak agar proyek Taman Syailendra tidak berakhir menjadi wacana. Tidak hanya pemerintah kabupaten, agar pariwisata bisa menjadi ‘sawah’ bagi masyarakat, penduduk perlu dilibatkan secara aktif. Dengan begitu masyarakat bisa merasa terlibat dan memiliki sehingga muncul keinginan mendukung dan memelihara.
Surahmat
Pegiat Komunitas Nawaksara Banjarnegara
Thursday, 14 January 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sippp banget mas...
ReplyDeletekonsep Wisata terpadu akan sangat membantu dalam rangka pengembangan perekonomian di jawa tengah pada umunya.
semoga gagasan P Kholik dapat terwujud