Thursday, 14 January 2010

Menegaskan Peran Guru BK

Peserta didik adalah pribadi kompleks yang terdiri atas aspek fisiologis dan psikis. Dalam melaksanakan pembelajaran, kedua aspek tersebut harus digarap secara proporsional. Namun menggarap aspek psikis siswa diperlukan keahlian khusus. Terkait dengan sifat psikis yang abstrak dan cenderung tidak terukur diperlukan lebih banyak kesabaran, ketekunan, bahkan keikhlasan. Karena itulah diperlukan guru BK (Bimbingan dan Konseling), yang profesional dan total menjalnkan tugas.
Sayangnya selama ini peran guru BK dinilai kurang maksimal. Di sebuah sekolah, ada guru BK yang hanya bertugas menjaga gerbang untuk mencegat siswa yang terlambat. Di sekolah lainnya, guru BK hanya bertugas memukul bel. Ini membuktikan, guru BK baik scara personal maupun struktural belum menunjukkan eksistensinya. Pihak sekolah juga cenderung tidak meberdayakan mereka sebagai guru kepribadian yang bertugas menggarap aspek psikis siswa.
Pelaksanaan BK di sekolah, antara lain, bertujuan agar siswa dapat memahami kondisi dan potensi diri agar mampu merencanakan masa depan atas potensinya. Mereka dapat membantu siswa memahami dan mengetahui kekuatan dan kelebihan mereka. Diharapkan siswa nantinya mampu mengidentifikasi aktivitas dalam dunia nyata sebagai rangsangan pembelajaran.
Guru BK diharapkan tidak perlu latah dalam menjalankan tugasnya. Kenyataan di lapangan, banyak guru BK yang menjadi guru mata pelajaran sehingga tugasnya untuk melaksanakan pengembangan diri siswa melalui pelayanan konseling terabaikan. Bahkan ada guru BK yang hanya bertugas menjaga tata tertib sekolah sehingga memperoleh label “Polisi Sekolah”.
Sejatinya ada tiga fungsi yang harus dijalankan seorang guru BK. Pertama adalah remedial. Yakni, membuat siswa berfungsi pada tingkat normal menurut budaya. Dengan kata lain, setidaknya guru BK mampu berperan membantu menghilangkan hal-hal negatif dari seorang siswa.
Kedua, guru BK harus mengembangkan siswa agar mencapai kemampuan psikologi semaksimal mungkin sesuai tahap perkembangannya.
Ketiga, fungsi pereventif agar siswa bisa mengembangkan potensi individu, menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan mampu memecahkan sendiri masalahnya

Konsep Pengembangan Diri
Sekolah mestinya memahami bahwa guru BK menjadi ujung tombak keberhasilan konsep pengembangan diri yang merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pelayanan konseling di sekolah atau madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal, potensi dan peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.
Pengembangan diri yang dilaksanakan oleh guru pembimbing bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah. Sudah jelaslah bahwa konselor/guru pembimbing mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan dan pembentukan generasi untuk memiliki kompetensi multidimensional.

Profesionalisme
Peran guru pembimbing di sekolah harus kembali pada jalur yang telah diatur, tidak hanya menjadi guru pengganti atau mengawasi tata tertib. Pihak-pihak yang terkait seperti Kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah, wali kelas,dan guru-guru mata pelajaran harus memahami wawasan Bimbingan dan Konseling agar bimbingan dapat dilaksanakan dengan baik..
Untuk menjadi guru BK yang profesional harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugasnya seoptimal mungkin. Paradigma, visi, misi pelayanan konseling dilaksanakan, jangan disibukkan dengan tugas menjadi guru mata pelajaran sehingga tugas yang sesungguhnya terabaikan. Pembelajaran jangan hanya terpaku pada ranah kognitif, perkembangan ranah afektif dan psikomotor juga harus menjadi perhatian.
Kegiatan BK dinilai berhasil bila menekankan pada empat aspek pokok, yakni bertujuan dan makna penuh di mana siswa sebagai subyek pada makna itu. Lalu, menempatkan kegiatan BK sebagai usaha mencari dan menemukan diri sendiri. Hasil proses BK dapat berupa pemahaman, pengertian, kejelasan, kesadaran, perubahan perilaku/kebiasaan, dan perkembangan. Terakhir, hasilnya harus dapat dimanfaatkan siswa untuk menghadapi tantangan hidupnya.

Surahmat
Pegiat Komunitas Nawaksara Banjarnegara

No comments:

Post a Comment