Wednesday, 13 January 2010

Satire Tari Ujungan

Tahun ini kemarau diramalkan akan berlangsung lama dan baru akan mencapai puncaknya pada akhir Agustus. Meski demikian kekeringan telah melanda beberapa daerah, bahkan daerah yang pada kemarau tahun lalu tidak dilanda kekeringan. Sayanganya dalam kondisi seperti ini masyarakat kurang tergugah kesadarannya untuk memuliakan air.
Satire tersebut tersirat dalam tari Ujungan, tari tradisonal yang berasal dari Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara. Tari yang ihwalnya digunakan sebagai ritual minta hujan tersebut menyindir perilaku manusia yang kurang akrab dengan lingkungannya. Mereka mengeluhkan kekeringan namun tidak tergerak untuk mengantisipasinya.
Gambaran sikap masyarakat dalam tari Ujungan sangat kentara belakangan ini. Masyarakat kita masih gemar memaknai sesuatu hanya setelah sesuatu terjadi. Saat kekeringan melanda kita baru sadar dan saling menyerukan perlunya upaya preventif. Sedangkan saat hujan tiba, masyarakat lalai untuk menjaga kelestarian lingkungannya.
Melalui geraknya tari Ujungan menyampikan satire atas perilaku masyarakat saat ini. Masyarakat masih gemar menghamburkan kelimpahan air saat musim penghujan, meski tahu kemarau datang setiap tahun.
Tari Ujungan mengingatlan manusia menyatukan diri dalam dinamika alam. Manusia adalah bagian dari lingkungan yang memiliki hak dan kewajiban. Jika sesorang telah memetik sesuatu dari alam, maka ia berkewajiban mengembalikannya. Jika telah menebang, maka wajib menanam. Laku seperti ini diperlukan agar kesemibangan alam tetap terjaga.
Tari Ujungan menyiratkan bahwa nenek moyang kita telah menunjukkan sikap yang sangat arif saat menghadapi kemarau. Mereka membuat kalender musim yang biasa disebut sebagai pranata mangsa. Kalender tradisional itu tidak hanya membimbing para petani mengatur pola tanam, tetapi juga berisi panduan menghindari kekeringan.
Pada mangsa ketiga (kemarau) masyarakat dianjurkan tidak menanam, tetapi memanen. Sebaliknya, pada mangsa kepitu, hingga kesanga masyarakat dianjurkan menanam. Pakem ini diperlukan supaya pola tanam sesuai dengan kondisi alam. Selain itu, dengan mematuhi pranata mangsa masyarakat bisa mengatur siklus air sehingga terhindar dari kekeringan.
Kemarau adalah anualitas alam yang sebenarnya dapat diantisipasi. Karena itulah kita perlu mawas diri bahwa kekeringan disebabkan oleh perilaku manusia. Sudah tidak saatnya kekeringan dikeluhkan, tetapi perlu diantisapasi dengan memperlakukan alam sebaik mungkin.

No comments:

Post a Comment