Diana terlihat Mengkahwatirkan
Jam delapan malam di kantor BP2M saya berulangkali melihat jam dalam HP. Sudah pukul 20.03 tapi baru saya, Syarif dan Rifan yang terlihat di kantor. Rifai ada di kentor tapi tidur karena merasa tidak enak badan. Padahal malam itu rencananya PH 2010 akan bertemu dengan PH 2009 untuk membahas transisi kepemimpinan. Ada beberapa program yang belum selesai dan harus kami lanjutkan. Ada beberapa pengalaman buruk kegagalan mereka yang harus kami jadikan pelajaran. Dan tentu saja, ada aset berupa uang yang harus kami terima sebagai ‘modal awal’ memajukan organisasi ini.
Hingga puku 20.24 yang datang hanya Diana. Tapi dia tampak letih sekali. Kehebohan yang biasa mengiring desah nafasanya hilang. Saya tidak tahu apakah dia terlalu lelah, sedang terbeban masalah atau apa. Beberapa saat kemudian saya tahu dia merasa begitu mengantuk. Yang saya kahawatirkan, dia muai tidak enjoy dengan kepemimpinan saya. Beberapa lama kemudian Khusni dan Yudi datang, baru kemudian Zum dan Pipit, setelah itu Ari. Rifai masih tidur dan saya tidka berani membangunaknnya.
Pukul 20.34 saya memutuskan untuk memulai rapat dengan meminjam rang UKM music modern. Kami lesehan di atas tikar yang kami bawa dari kantor kami. Tapi setelah acara dimulai beberapa lama kami meutuskan pindah ke Si Boy. Ruangan itu membuat kami merasa tidak nyaman.
Saat di Si Boy itulah Latifah, Amri, dan Ahsin kemudian menyusul. Kami berbincang di sudut rumah makan itu dengan menggabungkan empat meja kecil menjadi meja rapat. Saya sengaja tidak membawa dompet karena hanya mengantongi uang 500 perak supaya bisa berucap ‘aduh aku lali bawa dompet’ ketika membayar makan sehingga bisa numpang dibayari seorang teman.
Malam semakin larut. Warung makan si Boy yang biasa terlihat ramai terlihat lebih lengang dari biasnya. Hanya ada beberapa sepeda motor terparkir di depan dan hanya dua atau tiga meja yang terisi.
Ada banyak hal yang kami perbincangkan malam itu. Ari yang berpengalaman jadi PU menceritakan pengalamannya sekaligus memberi wejanagan kepada saya. Rifan menceritakan pengalaman pada Yudi, Pipit menceritakan pengakuan dosanya karena gagal mengelola Kompas Mahasiswa, Latifah menyarankan kepada Khusni supaya banyak berinovasi, Amri menekankan beberapa program Litbang yang harus segera dilakukan, dan Ahsin menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa optimal menjadi keeper perusahaan.
Dari semua pesan-pesan tadi, saya bisa ambil benang merah. Yang jelas, BP2M harus memiliki kepemimpinan yang kuat; tegas dan kapabel. Setiap ketua divisi harus memahami benar tugasnya serta memahami strategi yang akan diguanakannya.
Perbicangan malam itu membuat beberapa kebuntuan terpecahkan. Saya pikir tugas PU tidak akan terlalu berat jika bisa mendistribusikan tugas secara proporsional kepada sleuruh tim. Karena itulah saya semkain optimis program saya akan terlaksana!
Rumah BP2M, 18 Januari 2010
Thursday, 21 January 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment