Saat menteri luar negeri AS, Hillary Clinton, datang ke Indonesia Rabu (18/2) lalu masyarakat Indonesia dibuat bungah. Ada beberapa harapan yang patut dikemukakan melalui wanita kelahiran Illinois itu. Setidaknya kunjungan sang menlu akan mempererat kerja sama bilateral Indonesia-Amerika. Sedangkan bagi wanita Indonesia, pesan Hilary bisa menjadi tempat berkaca betapa saat ini kiprah wanita telah mendunia.
Dalam jamuan makan malam di Gedung Arsip Nasional beberapa jam setelah ia datang Hillary menyampaikan kekagumannya pada perempuan Indonesia. Ia menganggap telah terjadi kemajuan luar biasa pada perempuan Indonesia. “Di Negara-negara yang akan saya kunjungi akan saya katakana; kalau ingin melihat kemajuan demokrasi, Islam dan perempuan, lihatlah Indonesia,” ujar mantan Ibu Negara AS ini.
Hillary memang bukan menlu wanita pertama AS, namun kehadirannya terasa istimewa setelah menggantikan menteri luar negeri sebelumnya Condoliza Rise. Kedatangannya di Jakarta mendapat sambutan meriah, berbeda dengan kunjungan Rise atau mantan presiden Bush yang medapat penolakan dari masyarakat.
Kiprah Hillary di bidang politik menjadi tonggak baru sejarah perempuan dunia. Sebelum akhirnya menjabat sebgai menlu Hillary adalah rival Presiden Barrack Obama dalam pemilihan Presiden di Partai Demokrat. Dalam pemilihan pendahuluan ia kalah lantas berjuang keras membantu Obama memenangkan pemilu.
Sikap sportif dan besar hati, menguatkan citra Hillary sebagai seorang negarawan sejati. Ia menunjukkan sikap itu ketika mendapat kehormtan menjadi Menlu dari Presiden Obama. Ia mengaku tak pernah berpikir menjadi menteri luar negeri sebelumnya, namun karena tugas itu ia anggap sebagai kehormatan untuk mengabdikan diri pada negara dan rakyat, akhirnya ia bersedia.
Keputusan Presiden Obama memilih Hillary jelas bukan sekedar kong kalikong politik semata. Sebagai mantan ibu negara Hillary punya track record bagus di dunia nternasional saat mendampingi suaminya Bill Clinton. Ia sempat mengunjungi beberapa negara, termasuk Indonesia pada tahun 1997 lalu.
Di tengah memburuknya citra AS di dunia internasional Hillary dianggap mampu memulihkannya. Selama ini Amerika dikenal sebagai negara adikuasa yang arogan. Bahkan karena keputusannya menyerang Irak dan Afganistan Amerika dicap sebagai negara ‘Barbar’ yang gemar perang. Akibatnya sentimen antiAmerika muncul di berbagai negara.
Sebagai seorang wanita Hillary diharap mampu merekonsiliasi hubungan Amerika dengan dunia internasional. Wataknya yang ramah, juga pembawaannya yang santai bahkan penuh canda diharap dapat merekatkan hubungan Amerika dengan negara lain. Apalagi Hillary, yang sebelumnya menjadi pengacara, pernah menjadi senator untuk Negara bagian New York.
Dari Hillary wanita Indonesia banyak belajar, termasuk bagaimana mengaktualisasikan diri di pentas dunia. Tentu saja sebelum merambah dunia politik, persoalan-persoalan klasik yang dihadapi perempuan Indonesia harus di dientaskan terlebih dahulu.
Pertama, mewujudkan keadilan dengan menciptakan aturan-aturan yang menjamin keseteraan. Melalui kesetaraan di bidang hukum, perempuan diharapkan aktif mengaktualisasikan diri di bidang lain, termasuk politik, pendidikan, dan budaya.
Kedua, perempuan harus mulai melakuakan perlawanan sistemik terhadap mitos dan stigma negatif yang disandangnya. Selama ini perlawanan semacam itu masih dilakukan secara parsial.
Ketiga, selain keseteraan kedudukan tentu saja wanita Indoneai harus belajar lebih banyak, termasuk meningkatkan kualitas diri. Kiprah wanita di bidang politik, termasuk Hillary, selalu diawali dari pendidikan yang layak. Hillary sendiri seorang lulusan Fakultas Hukum Yale University.
Keterkungkungan wanita Indonesia ditengah hegemoni patriarkhi memang mestinya segera diakhiri. Mitos tentang perempuan, termasuk stigma sebagai masyarakat kelas dua, saatnya dihapuskan. Buktinya wanita, seperti yang dicontohkan Hillary bisa berkiprah mendunia. Jelas, fatsun lama yang memfitrahkan wanita sebagai konco wingking terbantahkahkan tanpa harus menafikan tugas utamanya sebagai istri dan ibu.
Surahmat
Pegiat Komunitas Nawaksara Banjarnegara
Monday, 1 February 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment