Friday, 5 February 2010

PADA AWALNYA ADALAH RAPAT TEMA; SEBUAH MAKLUMAT BAGI PARA PIMRED; IKHTIAR MENUJU BP2M YANG KAPABEL

Saya termenung beberapa hari setelah terpilih menjadi Pemimpin Umum BP2M. Sungguh, meski saya selalu bicara berapi-api, saya mulai pesimis setelah mengetahui BP2M lebih banyak. Organisasi ini, ketika saya pimpin pada awalnya, demikian porak-poranda kondisinya. Organisasi ini berisi orang-orang malas yang membanggakan kebodohannya. Organisasi ini dipenuhi orang-orang yang suka mengeluh ketika diberikan tugas. Organisasi ini dipenuhi semangat individual. Organisasi ini diliputi kekuatan-kekuatan dari luar yang secara diam-diam mencengkeramkan pengaruhnya terlalu dalam. Organisasi ini memiliki sekretariat yang luas namun sangat berantakan ; menyuburkan semangat lesehan, membuang sampah seenak wudel, tidur larut malam dan bangun siang.

Ada lagi, organisasi ini ternyata linglung. Masing-masing orang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka bingung harus berbuat apa. Kalaupun tahu mereka bingung bagaimana cara melakukan dan memulainya. Kalaupun bisa memulai mereka bingung mencari solusi saat menemukan kendala.

Coba teman-teman saksikan, siapa awak redaksi yang cukup militan menggarap medianya ‘hidup atau mati’ ? Adakah ? Tidak ada. Yang ada hanyalah orang-orang yang dengan terpaksa berangkat rapat jika diundang, nulis jika diminta, dan menjadikan BP2M sebagai rumah singgah yang dikunjungi pada siang hari untuk ditinggalkan pada sore harinya. Mereka ke BP2M untuk mengisi kesibukan di sela-sela kuliah. Itulah nyatanya.
Kondisi ini membuat saya surut pada suatu ketika. Tapi pada saat yang berbeda kondisi itu adalah pecut bagi saya. Saya adalah pemimpin organisasi ini. Saya yakin seyakin-yakinnya, siapapun yang pada musyawarah anggota memilih saya pasti mengharap saya melakukan sesuatu. Mereka memilih saya untuk bekerja. Mereka memilih saya bukan untuk membiarkan sesuatu terjadi atau tidak terjadi.

Saya bertanggungjawab pada organisasi ini. Saya bertanggungjawab!
Untuk menjadikan BP2M sebagai Persma yang kapabel, awalnya adalah menjaga kulitas rapat redaksi. Sebab pada rapat redaksilah semuanya berawal. Sebaik atau seburuk apapun media, bergantung pada rapat redaksi.

Pasca Musyawarah kerja 25 Januari lalu saya sengaj menuju sekretariat. Saya ingin menciptakan ruang redaksi yang representatif, setidaknya supaya iklim kreatif awak redaksi terjaga. Ruang redaksi saya buat terpisah dengan kantor. Melalui cara ini saya ingin mengatakan kepada teman-teman bahwa urusan redaksi adalah urusan suci. Tidak ada apapun yang lebih patut diprioritaskan kecuali itu. Karena itulah, membangun BP2M harus dimulai dari rapat redaksi,
Saya masih melihat rapat redaksi di BP2M seperti kumpulan orang yang menggelar tikar di warung sego kucing. Di sana hanya berisi guyonan. Di sana hanya terutara beberapa ide sebelum akhirnya lepas dan tenggelam oleh gelak tawa.
Apa yang membuat BP2M dalam beberapa tahun ini mengalami kemunduran? Rapat redaksi sering tertunda. Pimred telat, Redpel telat, reporter telat dan tidak ada yang saling mengingatkan. Itulah yang selama ini terjadi. Kebiasan telat itulah yang membuat ide-ide cemerlang dalam benak redaksi hilang dan tergantikan semangat kongko-kongko. Semangat jagongan.

Merokok dalam rapat redaksi barangkali bukan hal yang perlu diperdebatkan. Itu pertanggungjawaban pribadi. Tapi menjaga kualitas rapat redaksi mutlak harus dilakukan. Oleh siapa? Terutama tentu oleh pemimpin redaksi. Bagaimana caranya?
Pertama, tentu saja rapat dilaksanakan tepat waktu. Jika agenda rapat adalah pukul 16.00 mak mulilah pukul 16.00! Tidak ada yang harus menunggu atau ditunggu. Pemimpin redaksi atau yang mewakili bisa memulai rapat dengan peserta seadaanya. Mulailah rapat dengan siapapun yang hadir pada saat itu.

Lantas bagaimana jika ada peserta rapat yang telat? Berikan dia toleransi maksimal 5 menit sejak rapat dimulai. Maksimal 5 menit. Tidak lebih. Jika ada seorang peserta rapat yang melebihi batas toleransi itu jangan biarkan ia mengikuti rapat. Tutup ruang redaksi dan katakan dengan lantang; kami tidak perlu orang tidak disiplin seperti Anda. Pulanglah.

Sikap keras itu barangkali akan menimbulkan dilema. Bagaimana kalau peserta rapat yang telat justru lebih banyak sementara yang datang tepat waktu hanya satu atau dua orang saja? Bagaimana jika kondisinya seperti itu?

Mulailah rapat dengan orang seadanya dan kerjakan hasil rapat dengan orang yang segelintir itu. Ini memang berat tapi harus dilakukan untuk memberi pelajaran kepada kita dan mereka. Saya yakin satu media terbitan BP2M sebenarnya bisa diterbitkan hanya oleh dua tiga orang bahkan satu orang. Sejarah telah membuktikan itu!
BP2M akan jauh lebih baik dikelola oleh segelintir orang yang bernas daripada oleh kumpulan pemalas yang tidak bisa tepat waktu.

Bagaimana jika kebiasan tidak tepat waktu berlangsung terus menerus? Idealnya tidak. Semoga mereka masih memiliki rasa malu, tidak sekadar kemaluan.

Tapi bagaimana jika orang-orang itu justru ngambek dan tidak mau aktif? Beri mereka surat peringatan, dan jika masih belum menunjukkan perbaikan; pecat. Keluarkan mereka dari organisasi ini. Biarkan mereka mengembangkan kebiasan tidak tepat waktu itu di luar. Jangan biarkan BP2M porak-poranda hanya karena ulah mereka.

Pemimpin redaksi, baik dalam kapasitas sebagai Pimred maupun PH berhak mengusulkan pemberhentian anggota. Pajang nama mereka di Express, di kantor redaksi, UKM dan setiap Jurusan. Umumkan bahwa mereka bukan anggota BP2M sehingga segala perbuatan yang dilakukannya di luar tanggungjawab organisasi.

Salam,
Pemimpin Umum BP2M
Surahmat

2 comments:

  1. mari berbenah kawan. jangan biarkan penyakit ini menggerogoti tubuh kita sedikit demi sedikit...

    Pimrus.

    ReplyDelete
  2. ini yang sedang kita lakukan.
    Agenda pertama kita bukanlah mengubah orang lain, tapi mengubah diri kita.
    Saya berharap banyak dengan orang-orang seperti kamu Rif.
    Kita harus bekerja lebih keras. Jauh lebih keras dari anggota lain, lebih dari senior-senior kita! Lebih dari siapapun! Untuk BP2M, kita, dan mereka.
    Mari bekerja. "Saya bertanggungjawab!"

    ReplyDelete