Thursday, 8 March 2012

Agar yang Indah Berakhir Mengesankan

PERNAH mendenger cerita Soekarno kencing di pesawat? Dalam sebuah penerbangan dari Jepang pada tahun 1945 Soekarno, Hatta, dan sejumlah diplomat naik pesawat pembom yang sudah uzur dan banyak lubang pelurunya. Saat di udara, Soekarno kebelet kencing, tapi pesawat itu tak punya toilet.
Tak kurang akal, ia menuju belakang pesawat dan membuang hajatnya. Tiba-tiba angin bertiup kencang melalui lubang-lubang bekas peluru dan menerbangkan air seninya ke seluruh penumpang pesawat. Mereka turun di Pangkalan Halim Perdana Kusuma dengan basah kuyup.
Kita patut beterima kasih pada Cindy Adams. Berkat buku Seokarno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulisnya kita punya memori yang indah dan humanis tentang presiden pertama RI itu, selain kisah hidupnya yang falmboyan dan akhir karirnya yang tragis. Tapi, cukupkah satu fragmen itu kita gunakan untuk memahami siapa Seokarno?
Kita mendengar banyak epos. Kita juga mendengar biografi pahlawan yang telanjur diglorifikasi. Bagi saya itu tidak cukup untuk mengambil kesimpulan, terlebih menjawab pertanyaan; siapa orang ini. Karena itu, banyak tulisan kemudian menyoal secara lebih rinci, pandangan seorang tokoh pada sebuah persoalan melalui artikel.
Anhar Gonggong dan Asvi Warman Adam termasuk dua sejarawan yang rajin memaknai sebuah peristiwa masa lampau (sejarah?) dengan perspektif kekinian, tentu saja selain Alm. Rosihan Anwar. Mereka mempertunjukan sebuah gaya menulis yang berbeda karena tidak hanya ingin menuturkan kembali sebuah peristiwa, tapi menyodorkan makna baru. Sebab, hemat saya, begitulah sebuah tulisan hadir dan menemukan konteks.
  1. Tulisan  lahir dari kecermatan kita mengamati peristiwa, fenomena, realitas, dan berbagai persoalan dalam kehidupan. Apa itu persoalan? Apa itu masalah?
  2. Siapapun punya cara memandang sebuah masalah. Keunikan ini yang biasa kita sebuat sebagai perspektif. Sudut pandang menentukan dengan teori apa persoalan akan kita kaji.
  3. Sekalipun kita menggunakan teori, hampir bisa dipastikan, ada campur tangan kreativitas. Kita punya persepsi tentang sesuatu, yang baik secara sadar maupun tidak, mempengaruhi cara kita menghaslkan pemikiran.
  4. Makna baru, kerap pula disebut sebagai sintesis ide, adalah produk pemikiran personal yang hadir setelah kita menempuh proses kreatif.
  5. Ketika kita melihat makna baru dalam sebuah peristiwa, umumnya muncul dorongan untuk memberikan saran.
Lima langkah di atas tentu hanya bentuk penyederhanaan dari proses panjang “kreatif”. Saya yakin anda perlu merevisinya dengan ilustrasi yang lebih unik sesuai pengalaman anda mempersepsi sesuatu.
Nah, bagimana alur kreatif demikian, bisa menghasilkan sebuah tulisan? Saya mengambil bentuk struktur yang paling umum, bahwa tulisan selslu berisi atas pembuka, inti, dan penutup.
Memunculkan kesan
Pembuka adalah etelase. Para wartawan menyebutnya sebgai lead, paragraf yang isinya paling menarik. Berbagai eksperimen telah dilakukan untuk membuka tulisan secara menarik. Ada yang menggunakan kutipan (lihat tulisan-tulisan Ninok Leksono), deskripsi (lihat tulisan Radhar Panca Dahana), dan lelucon (lihat tulisan Johanes Sumardianta).
________________
SEORANG guru di Pematang Siantar, Sumatera Utara mengungkapkan kegalauan nasib dengan ekspresi jenaka. Ia menertawakan kegetiran dengan parodi nama-nama marga.
Diantaranya, Siagian deh Situmorang guru. Hidup terasa Simanungkalit. Pandapotan Manurung. Banyak Sihotang. Keadaan semakin Ginting. Kepala pusing Sibutar-Butar. Rambut rontok nyaris Poltak. Guru miskin makin Pangaribuan.
Aatau, nak-anak mereka menangis Marpaung-Paung. Penderitaan tiada Lubis-nya. Sudah begitu masih diminta sabar Sitorus. Keluhan hanya dianggap Perangin-Angin lalu oleh  Raja Gukguk. Butet, dah. Hiburannya pergi ke hutan yang banyak Pohan-Pohan rindang yang tumbuh di Tobing-Tobing terjal. Jangan putus Harahap. Tetap Simanjuntak gentar. Mohon Parlindungan Tuhan supaya Bonar-Bonar selamat. Johanes Sumardianta, Jawa Pos,  Minggu 8 Mei 2011
________________
Logis saja tak cukup
Setelah anda membuka dengan kesan yang baik, tugas anda berikutnya adalah mengulas persoalan dengan analisis yang menarik. Menarik? Apa itu menarik? Bisa kita maknai sebagai teknik yang langka atau baru, bahan yang langka atau baru, atau hasil yang langka atau baru.
Bukankah kita cenderung memperhatikan hal-hal baru dan mengabaikan hal lain yang gombal? Yang jelas, untuk menjadi menarik, logis saja tidak cukup. Anda harus membangun tulisan hingga memiliki makna baru.
________________

KESADARAN  ini semestinya membuka kita pada kekeliruan di tahap ketiga, dimana manusia Indonesia ternyata adalah pihak yang paling bertanggungjawab pada realitas semiotik yang gelap di atas. Bila di permukaan (penanda pertama) manusia tampak cukup ideal dengan produk-produk kulturalnya (seperti regulasi, UU, sistem, dsb), tapi di lapisan makna berikutnya kita mendapati manusia yang sama, yang ternyata menjadi pengkhianat dan perusak utama produk kultural tersebut.  Radhar Panca Dahana,  Kekeliruan Adab Kita

________________
Akhir yang sempurna
Perjalanan yang menyenangkan hampir diakhiri. Jagalah suasana hati pembaca berada pada titik bergairah ketika anda harus mengakhiri pembicaraan. Seperti hadits, akhiri makan sebelum kenyang. Jangan menunggu pembaca bosan baru anda mengakhirinya.
Anda mungkin akan lebih suka menutp tulisan dengan menyimpulkan lantas menyarankan sesuatu kepada pembaca. tapi, banyak tulisan yang berakhir indah dengan pertanyaan yang menggantung. Anda tidak memberi jawaban, tapi membangkitkan tanda tanya.
Pernyataan:
KINI surau memang telah menjadi benda memorabilia, namun semangat kebersahajaan yang terkandung di dalamnya sangat patutdiuri-uri. Surau, setidaknya dapat dijadikan pegangan agar kita tidak terlalu jauh larut dalam semangat modernitas. Surahmat, Anak Desa Kehilangan Surau, Suara Merdeka, 2 September 2009
Pertanyaan:
BUKANKAH harapan warga Solo sebenarnya sederhana: tidak ingin mall (kembali) didirikan  di sekitar mereka karena khawatir mematikan pasar tradisional? File pribadi.

No comments:

Post a Comment