Monday 17 October 2016

Dengan Tangannya Adam Melindungiku dari Rintik Hujan



Pertengahan Oktober 2016 lalu aku dan istri mengunjungi keluarga di Banjarnegara. Kami berniat bayar pajak kendaraan, tentu saja selain bertemu keluarga.
Dari Petuguran, aku dan istri berangkat ke kota pukul 10. Kami harus menunggu keponakan kami, Adam Nurohmat (6 tahun) yang sedang sekolah. Kami memang berencana mengajaknya, mampir ke TRSM Serulingmas untuk renang, sekalian jalan-jalan dan membeli CD Ultramen kesukaannya.
Belum kelar urusan kami di Samsat, Samsat tutup karena karyawan istirahat untuk salat Jumat. Saat itu hujan mulai turun, cukup deras.
Aku berencana mencari masjid terdekat. Satpam menunjukkan, masjid terdekat ada di sebelah barat, sekitar 500 meter. Karena waktu salat Jumat hampir habis, aku bergegas ke masjid meskipun hujan masih cukup lebat. Kami tak bawa mantel.
Adam kuminta menunggu di kantor samsat degan istriku. Tapi dia tidak mau. Dia pengin ikut ke masjid.
Maka, aku lepaskan jaket parasutku agar dia pakai. Kemudian dia kugendong. Dengan begitu kami tidak terlalu basah.
Tapi ternyata jarak ke masjid cukup jauh. Meski berlindung dengan jaket, saya dan Adam tetap basah. Kepala saya tidak terlindungi jaket. Tapi karena sudah telanjur lari, kami lanjut saja menuju masjid.
Dari atas gendongan Adam tampaknya melihat kalau kepalaku basah kuyup. Dia kemudian menggunakan tangannya untuk menutupi kepalaku. Mungkin maksudnya supaya tidak semakin basah. Tapi tentu saja tangan kecilnya tidak bisa menutupi seluruh kepalaku, tetap saja basah.
Tapi bukan itu yang terpenting. Yang terpenting, saat itu aku merasakan Adam begitu sayang kepadaku. Dia punya inisiatif menggunakan tangannya untuk melindungiku dari hujan. Dia melindungiku semampunya. Begitu pula aku: akan melindunginya semampuku.
“Anak baik, semoga kau selalu sehat. Tumbuhlah menjadi orang baik,” batinku sambil terus lari di bawah rintik hujan.

No comments:

Post a Comment