Saturday 23 January 2010

BP2M ADALAH RUMAH BERSAMA

Saya tidak berarti apapa tanpa kalian, teman-teman.

Setelah pulang mengajar di YPI saya mengambil Kompas. Saya berpikir sedikit apapun berita yang saya baca bisa menambah perbendaharaan pengetahuan saya. Pada akhirnya itu akan berimpilkasi pada tulisan atau cara saya berbicara. Tidak hanya itu, saya selalu yakin perbendaharaan pengetahuan akan membuat saya lebih bijak menentukan pilihan dalam hidup.

Tentang kebijakan dalam menentukan pilihan saya selalu mengibaratkan dengan peristiwa bertemu ular. Selama ini saya, mungkin ribuan orang lain segera menjauhi ular ketika menemuinya. Padahal Panji, pembawa acara Petualangan Panji di Global TV selalu ingin dekat dengan binatang melata itu. Bedanya, saya tidak punya pengetahuan apapun tentang ular sedangkan Panji tahu benar dari kepala hingga ekor. Ia memilih untuk mendekat dan memegang dengan segala risiko yang ia ketahui dan sudah ia ukur, sedangkan saya memilih lari karena tidak pernah tahu risiko apa yang akan saya temui.

Tulisan di Kompas baru satu atau dua berita yang sempat saya lahap, tapi mata sudah berkedip-kedip. Akhirnya saya merebahkan diri di sebuah kursi kayu di depan kantor BP2M. Di sana saya terlelap beberapa lama sebelum akhirnya pindah mencari tempat yang lebih nyaman.

Ngantuk yang mendera saya mungkin terjadi karena dua hal. Pertama, dua malam yang lalu saya sama sekali tidak tidur sehingga efeknya terasa hingga sekarang. Kedua, saya sedang dibuat bingung dengan rencana musyawarah kerja BP2M yang akan digelar Senin besok. Di antara 40 orang anggota, sepertinya saya satu-satunya orang yang antusias menyambut musyawarah kerja itu. Diana, yang biasanya begitu riang mengaku sakit meski terus-menerus mengupdate status facebooknya. Syarif dan Pipit memilih pulang kampung. Zum tidak membalas ketika saya kirimi pesan singkat. Untunglah Khusni dan Yudi menjawab ‘oke’ ketika saya kabari.

Musyawarah kerja menurut saya adalah agenda yang sngat penting. BP2M akan menentukan arah organisasi di sana. Tapi rekan-rekan saya sepertinya tidak terlalu mengerti itu. Mereka bahkan ada yang sudah buru-buru ijin tidak berangkat karena berbagai alasan. Apakah mereka berpikir bahwa BP2M hanya milik saya? Semoga tidak.

Saat repat transisi kepemimpinan saya pernah berujar, “ saya berambisi Muker kali ini akan diahdiri 100 persen anggota,” tapi sudah musthil sekarang. Rekan-rekan yang ketika Musyawarah anggota begitu saya banggakan tiba-tiba seperti melempem. Mereka lebih mementingkan agenda pribadi di rumah, entah apa. Karena itulah perlahan ada ketakutan dalam perasaan saya. Sungguh saya takut.

Rekan-rekanku, BP2M adalah rumah kita. Di sinilah kita akan dibesarkan oleh kemuan belajar. Jangan tinggalkan rumah ini supaya kita bisa belajar bersama. BERSAMA.

Rumah Persma, 23 Januari 2010

No comments:

Post a Comment