Thursday 21 January 2010

Membangun BP2M yang Solid

Tim solid dan kepemimpinan kuat adalah kunci

Ada berbagai perasaan yang teraduk dalam pikiran saya sore ini. Selain kelelahan karena tadi malam hanya sempat istirahat tiga jam, kebanggaan sesekali membumbung. Saya baru saja terpilih menjadi Pemimpin Umum Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BP2M) Universitas Negeri Semarang. Huh, sebuah posisi yang sangat prestijius!

Selain bangga ada juga perasaan cemas, khawatir, takut, juga kikuk. Cemas karena jabatan yang diamanahkan kepada saya adalah jabatan besar, khawatir karena tugas yang harus saya emban sangat besar, takut tidak mampu melaksanakan tugas dengan baik, kikuk karena saya harus bersikap layaknya seorang PU. Selama ini saya terbiasa menjadi Rahmat yang bertingkah sesuka hati, berkata selincah lidah, dan kentut kapan pun kebelet. Tapi semua itu harus mulai saya tata karena akan berpengaruh pada organisasi yang saya pimpin, BP2M.

Meski begitu saya senang karena saya didampingi orang-orang hebat! Pengurus harian yang terpilih bersamaan dengan terpilihnya saya adalah orang-orang terbaik BP2M. Melihat mereka membuat saya yakin kalau BP2M akan mencapai masa kejayaan yang selama ini dinanti-nantikan. BP2M akan mencapai masa keemasan seperti saat Majapahit menjadi kerajaan nusantara di bawah pimpinan Hayam Wuruk.

Sekretaris umum, Asri Chandra Puspita, adalah rekan dekat saya. Dulu dia berjilbab tapi dua bulan terakhir, dengan alasan yang tak pernah saya ketahui, membuka jilbabnya. Saya tidak masalah dengan hal itu.

Sebelumnya Pipit adalah Pimred Kompas Mahasiswa. Di bawah kepemimpinannya KM memang gagal. Tapi saya yakin ia akan sukses mengemban tugas sebagai Sekretaris Umum. Dia memiliki semua karakter yang diperlukan Sekum; kecermatan, kejelian, kerja keras. Tapi bagi saya dia pemimpin konservatif yang minus inovasi, nihil gagasan segar.

Pemimpin perusahaan, Syarif Hidayat, adalah rekan satu angkatan saya di Unnes. Dia mahasiswa Pendidikan Bahasa Perancis asal Demak yang sebelumnya menjadi staf divisi perusahaan. Hal yang membuat saya optimis dengan hasil kerjanya adalah sifat bertanggungjawab. Saya yakin dia akan melakukan hal apapun untuk menyukseskan program-programnya. Apapun!

Yang saya tahu Syarif cukup cerdas meski tidak terlalu banyak bicara. Dia punya pacar mahasiswa Bahasa Jepang bernama Dian yang menurut saya terlalu cantik untuk Syarif. Tapi mereka terlihat sangat cocok.

Suatu saat Sayrif pernah menginap di rumah saya. Dia saya ajak jalan-jalan ke tepian hutan pinus. Di sana kami bertemu dengan Pak De saya yang sedang mengangkut batu kali bakal pondasi rumah dengan mobil bak terbuka. Saya juga membantu Pak De menaik-turunkan batu itu. Entah karena tidak enak atau apa, Syarif juga ikut membantu. Tapi tenaganya ternyata tidak cukup kuat. Badanya ringkih, bahkan seperti menyaun ketika angin berkelebat. Dia benar-benar sangat kurus seperti penderita marasmus.

Pimred Kompas Mahasiswa, Mardiana Kusumastuti Setyaningrum, punya tumpukan cerita heboh. Tapi ucapan yang tidak pernah saya lupakan adalah ‘sudah dua tahun lalu saya berambisi menjadi Pimred KM, tapi baru tahun ini terlaksana,” sesaat setelah ia terpilih menjadi Pimred dalam musyawarah anggota.

Di mata saya Diana sebenarnya bukan orang istimewa, kecuali karena dia punya kedekatan khusus dengan pacar saya. Kadang-kadang dia terlalu normatif dan tidak berani mengambil resiko. Tapi untuk menjabat sebagai Pimred KM dia lebih dari mampu. Saya hanya berharap dia lebih inovatif nanti. Dia harus melakukan banyak lompatan.

Pimred Nuansa, Yudi Ristu Prihawan, sebelumnya menjadi Redaktur Pelaksana Nuansa bersama saya dan Rahma Juwita. Jujur saya belum mengenalnya terlampau jauh. Tapi saya punya keyakinan dia punya kemampuan besar meski tidak selalu dibarengi dengan kemauan. Dia memiliki skill desain yang mengagumkan.

Tentang Yudi, seorang teman pernah mengatakan, dia sering minder. Kalau merasa tidak mampu dia sering mengkalim diri tidak mampu. Karena itulah saat dalam musyawarah anggota tadi pagi dia sempat menolak menjadi Pimred. Akhirnya ia terpilih dan menyanggupinya.

Meski begitu Yudi punya komitmen besar terhadap apapun yang diucapkannya. Karena itulah saya yakin dia akan melakukan banyak pembaruan untuk mencapai target menerbitkan Nuansa 3 kali. Pandangan matanya tajam seperti gerilyawan yang siap menyusuri hutan lebat, rawa, atau perbukitan untuk mencapai tujuan!

Pemimpin redaksi Express, Muhamad Khusni Ali, lebih meyakinkan lagi. Dia pria tambun yang sebenarnya tidak terlalu lincah bergerak. Bahkan saya yakin dia tidak sanggup mengelilingi lapangan sepak bola. Tapi dia bisa bersikap dewasa, bahkan seperti Bapak beranak dua.

Di mata saya Khusni punya rekam jejak yang sangat baik. Selama sama-sama di Express dia melakukan setiap pekerjaannya dengan baik meski minim improvisasi. Dia akan mempoles Express menjadi gadis cantik yang dikerubuti banyak orang meski dia sendiri saya yakini tidak punya pacar.

Pemimpin Litbang, Siti Zumrokhaton, bagi saya paling istimewa. Pertama, secara pribadi saya agak berjarak dengan dia karena perbedaan sifat meski kenal cukup lama. Dia pendiam dan tampak tidak suka dengan orang yang banyak bicara seperti saya. Sepertinya dia mudah tersinggung sehingga saya sendiri tidak mau banyak berkomentar tentang dia. Tapi dia adalah anggota paling pekerja keras yang pernah saya lihat. Dia terbiasa jalan kaki dari kos ke kantor untuk mengedit berita-karena dia editor. Dia tekun mengoreksi setiap titik dan koma saat teman-teman lainnya asyik berkelakar di depan televisi.

Saya punya banyak harapan dengan Zum. Karena prioritas program saya adalah peningkatan kualitas SDM, saya berharap dia menyiapkan banyak inovasi. Saya berharap dia bisa memoles setiap anggota BP2M menjadi lebih cerdas dan memahmi perannya. Dan untuk itu saya akan membayar mahal. Saya harap dia punya visi yang lebih jelas!

Malam hari saya terbangun menyusun program kerja 1 tahun ke depan. Di sinilah saya tertantang untuk membuat inovasi. Ada beberapa program baru yang saya canangkan, seperti pelatihan kepemimpinan dan manajemen, membuat database alumni, dan mengelola media online. Ada pula program lama yang saya usahakan untuk dihidupkan kembali, seperti penerbitan Jurnal Telaah.

Ketika menyusun program demikian banyak memang sempat muncul kekhawatiran, apakah saya bisa melaksanakan ini semua? Tapi ketika memejamkan mata dan menarik napas panjang beberapa lama saya berujar dalam hati; ya saya bisa. Bagi saya ini tugas yang sangat ringan. Tantangan terberat bagi saya adalah mengupayakan dana sebanyak mungkin untuk membiayai program-program itu.

Secara umum ada empat program yang saya canangkan, yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kualitas terbitan media, membangun manajemen organisasi yang sehat, dan membangun jaringan dengan stake holder. Sampai saat ini saya yakin semua program itu sapat terlaksana 100 persen. Ya, 100 persen!

Huh, enaknya jadi PU!
Hari ke-1: Minggu, 17 Januari 2010

No comments:

Post a Comment