Thursday, 14 January 2010

Pangkas Alur Birokrasi, Sekarang!

Sudah tak terhitung lagi berapa kali bencana menerpa negeri ini. Dari bencana kecil dengan jumlah korban sedikit hingga bencana yang luar biasa besar dengan korban ratusan ribu jiwa. Jika mau belajar, semestinya kita tak gagap lagi menangani bencana.
Salah satu aspek yang menghambat penanganan bencana adalah panjangnya alur birokrasi. Model up bottom, dimana tindakan selalu menunggu komando dari atas jelas kurang tepat. Model ini akan menimbulkan proses panjang yang bisa menghambat penanganan. Bantuan yang seharusnya sudah sampai ke korban bencana justeru tersendat di tengah jalan dengan berbagai alasan.
Mengatasi hal tersebut pemerintah telah coba melakukan tindakan. Antara lain dengan mengubah Bakornas menjadi Satkorlak. Bakornas yang dulu hanya menjadi pusat koordinasi penangananan bencana kini menjadi Satkorlak yang bersifat lebih operasional. Namun langkah ini belum cukup efektif. Buktinya, masih banyak korban bencana yang kian menderita karena bantuan yang ditunggu belum juga datang. Mereka harus mengungsi di tempat yang tak layak dengan kondisi yang memprihatinkan.
Mestinya, sebagai lembaga yang fokus menangani bencana alam Satkorlak memiliki tangan yang cukup panjang untuk menyentuh korban bencana langsung, tepat saat mereka memerlukannya. Dalam menangani korban bencana ada beberapa prioritas yang tak bisa ditunda. Jika prioritas bantuan seperti evakuasi, pengobatan, dan makanan sampai terlambat, korban bencana tentu akan semakin menderita.

Aspek lain yang tak boleh diabaikan adalah penanganan pasca kejadian. Setelah hiruk pikuk penanganan darurat usai, sorotan media mulai berkurang, perhatian pemerintah tidak seharusnya surut. Harus ada kebijakan yang memperhatikan bagaimana mereka melanjutkan hidup setelah bencana terjadi. Pada bencana tanah lonsor di Banjarnegara beberapa tahun lalu, misalnya. Ada seorang kakek yang harus bertahan hidup dengan seorang cucunya dengan mengemis. Keluarga dan seluruh harta bendanya raib saat bencana terjadi. Untuk sekedar bertahan hidup ia harus berkeliling dari satu desa ke desa lain mengharap iba. Jika penanganan bencana tetap seperti ini bukan tidak mungkin korban bencana di tempat lain mengalami nasib serupa.

Surahmat
Pegiat Komunitas Nawaksaara Banjarnegara

No comments:

Post a Comment