Seorang rekan dari Semarang dalam sebuah kunjungan ke Dieng mengatakan fenomena geologi di sana sangat dahsyat. Dengan sedikit hiperbolis ia bahkan mengatakan Dieng setara dengan objek wisata Bukit Genting di Malaysia, juga Grand Canyon di Arizona, Amerika Serikat yang sudah sangat tersohor. Karena itulah Dieng bisa jadi objek wisata yang menjanjikan.
Sayangnya, hingga saat ini potensi wisata Dieng belum digarap optimal. Tahun lalu kawasan wisata Dieng baru mampu menyumbang PAD sekitar Rp. 565 juta, jauh di bawah Taman Rekreasi Marga Satwa (TRMS) Serulingmas yang mampu menyumbang Rp. 1,19 miliar. Dengan kondisi alam yang demikian memukau, mestinya Dieng mampu menghasilkan PAD lebih besar.
Sebagai daerah yang memiliki keragaman topografi, potensi wisata Banjarnegara sebenarnya sangat variatif. Berbagai potensi wisata mulai dari wisata alam, wisata sejarah, petualangan, budaya, hingga religi tersedia di daerah ini.
Sekadar contoh, wisata alam dapat dinikmati dengan mengamati beragam fenomena geologi menarik di dataran tinggi Dieng. Di Kawasan setinggi 2.093 mdpl ini terdapat kawah Sikidang, kawah Candradimuka, dan Sumur Jalatunda yang mempertotontonkan kedahsyatan aktivitas alam. Kondisi ini didukung oleh hawa dingin yang nyaman dan keragaman budaya masyarakat sekitar.
Di Dieng juga tersaji potensi wisata sejarah yang menakjubkan. Setidaknya terdapat tujuh komplek candi yang menjadi bukti peradaban kerajaan Mataram Lama. Mulai dari Candi Arjuna, Semar, Srikandi, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, Gatotkaca, hingga Bima sebenarnya menarik untuk dikupas. Apalagi sejak 1978 di sekitar komplek candi Arjuna telah dibangun museum purbakala yang menyimpan beragam arca dan batu-batu bersejarah.
Telah lama disadari, sektor pariwisata berpotensi menjadi lahan basah bagi sebuah daerah. Selain itu, pariwisata merupakan akselerator aktivitas ekonomi di bidang lain. Melalui pengembangan sektor pariwisata, sektor perdagangan barang dan jasa, juga transportasi dipastikan ikut terdongkrak. Dampak kemajuan sektor pariwisata diyakini akan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat sekitar.
Tiga Masalah
Belum optimalnya pengelolaan objek wisata di Banjarnegara terkait dengan tiga masalah yang membelit. Pertama, terkait dengan pengembangan infrastruktur pariwisata yang mandek. Misalnya, di Taman Rekreasi Marga Satwa (TRMS) Serulingmas, dari tahun ke tahun nyaris tidak berkembang. Selain koleksi satwa tidak mengalami penambahan, sarana permainan juga belum dibangun. Sementara itu, wisata edukasi yang pernah digagas sampai saat ini belum terwujud.
Akibat kemandekan pembangunan infrastruktur TRMS Serulingmas dianggap sebagian masyarakat membosankan. Mereka enggan berkunjung kembali karena akan menemui hal yang sama pada kunjungan sebelumnya. Hal ini terbukti dengan menurunnya angka kunjungan pada lebaran tahun ini dibandingkan lebaran tahun sebelumnya.
Kedua, pariwisata Banjarnegara tidak didukung oleh program promosi yang memadai. Hingga saat ini nyaris tidak ada paket-paket wisata yang dikemas dan ditawarkan pada calon wisatawan. Padahal dalam strategi marketing, promosi adalah aspek yang sangat menentukan keberhasilan transaksi.
Kondisi ini memaksa kita menyoroti kerja duta wisata sebagai agen promosi wisata. Meski setiap tahun pemilihan duta wisata digelar, namun seperti tidak berdampak pada angka kunjungan wisata. Duta wisata telah berubah menjadi maskot pariwisata yang lebih bersifat simbolik. Pemilihan duta wisata yang rutin digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah berubah menjadi anualitas seremonial biasa.
Selanjutnya, masyarakat juga perlu mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam menggarap potensi wisata. Sebagai daerah dengan potensi pariwisata melimpah, komitmen Pemda mestinya tertuang dalam sejumlah regulasi (Perda). Dengan diberlakukannya Perda Pariwisata diharapkan terjalin kerja sama yang menguntungkan antara Pemda, pelaku usaha, dan masyarakat.
Perda diperlukan untuk menjamin berfungsinya unsur pendukung pariwisata, seperti transportasi, keamanan, dan akses informasi.
Akses informasi yang memadai sangat diperlukan agar calon wisatawan, baik lokal maupun internasional, tertarik berkunjung. Transportasi umum diatur dengan mempertimbangkan keaksesan objek wisata. Sementara keamanan diperlukan untuk menjamin kenyamanan para wisatawan ketika berkunjung.
Untuk menambah keragaman objek wisata, 2004 lalu Pemerintah Daerah sebenarnya telah menetapkan desa wisata di Desa Gumelem Kecamatan Susukan. Desa wisata ini rencananya akan dikembangkan dengan mengintegrasikan wisata alam, budaya, kerajinan, dan petualangan. Namun hingga saat ini pengembangan infrastruktur desa wisata ini seperti mengalami kemandekan. Keindahan alam dan keunikan tradisi masyarakat setempat masih tetap mentah karena tidak didukung dengan infrastruktur, pengemasan dan program promosi yang memadai.
Surahmat
Pegiat Komunitas Nawaksara Banjarnegara
Thursday, 14 January 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment