Thursday, 21 January 2010

Saya Memilih Belajar di Sini

Jika setiap pilihan mengandung risiko, setidaknya saya telah berusaha memilih yang terbaik

22 Januari, mestinya jadwal yudisium. Teman say Sayrif sejak pukul 1 pagi tadi sudah sibuk mengotak-atik laptop untuk melihat nilai. Beberapa teman saya lain, baik melalui sms maupun facebook beberapa kali bertanya, “Mat, berapa IPmu?”

Pertanyaan b’erapa IPmu?’ sebenarnya tidak terlalu menarik saya untuk menjawabnya. Bukan hanya karena IPku 2,9, tapi saya malas membahasnya. IP yang dibuat dosen-dosen saya hanya angka awing-awang yang dibuat semaunya dengan sedikit melirik tugas atau hasil tes tertulis kami. Buktinya, semua mahasiswa dari berbegai level kemampuan mendapat nilai AB. Saya saja, yang hanya hadir hanya sekitar lima kali perkuliahan bisa memperoleh nilai AB.

Belajar di kelas adalah belajar kemunafikan menurut saya. Mahasiswa dilatih untuk membohongi diri dan dosennya. Menannyakan hal-hal yang sudah diketahui supaya dilabeli ‘mahasiswa aktif’ membuat saya malu pada diri sendiri. Mendiskusikan persoalan ‘langit’ yang sebenarnya tidka pernah ada di muka bumi juga membuat saya malu pada realitas sekitar.

Karena itulah, sebenarnya saya sudah lama malas belajar di ruang kuliah. Apalagi kalau dosen yang mengajar hadir sesukanya! Di tinggal kuliah lagi, penelitian, atau mengisi seminar. Tapi saya menghargai itu, karena saya juga akan melakukan hal yang sama jika menjadi dosen. Berhadapan dengan aturan birokrasi yang kaku dan mahasiswa yang kulaih dengan mengharap nilai baik tentulah membuat mereka tidak nyaman berada di kampus.

Saya senang memiliki tempat belajar lain selain kelas. Saya punya kantor BP2M yang berisi orang-orang berpengetahuan dan lebih realistis menghadapi zaman. Dari BP2M saya belajar menulis berita, mengedit, wawancara, lay out, publikasi, hingga periklanan. Tapi di kelas saya hanya belajar teori. Lingustik umum, kritik sastra, atau sejarah sastra membuat saya merasa terjembab pada pemikiran yang tidak membumi.

Seandainya ada rekan satu kelas yang mengejek karena IP saya hanya 2,9 saya bisa terima. Saya akan berbesar hati menerima nasib lulus agak terlambat. Tapi saya menginginkan proses belajar yang berkualitas karena bagi saya ilmu bukan formalitas. Saya memilih belajar di BP2M!

Rumah BP2M, 22 Januari 2010

No comments:

Post a Comment