Friday, 5 March 2010

Kampung Kampus dan Kampus Kampung

Meski perbedaannya hanya satu fonem, kata kampung dan kampus memiliki jarak makna yang cukup lebar. Kampus berkonotasi positif karena dekat dengan sifat ilmiah dan intelektualitas penghuninya, sedangkan kampung dekat dengan karakter udik dan (maaf) ndeso. Apalagi kampungan.

Perbedaan konotasi juga tercipta jika kedua kata tersebut digabung; kampung kampus atau kampus kampung. Yang pertama lebih terasa bernilai daripada yang kedua. Kampung kampus menjadi kampung yang baik karena menyuburkan nilai-nilai intelktualitas, sedangkan kampus kampung menjadi kampus yang kurang baik karena menunjukkan sifat udik penghuninya.

Lepas dari diskursus tersebut, kampus kampung maupun kampung kampus diperagakan Unnes ketika menggelar arak-arakan budaya pada pagi 21 Januari lalu. Warga kampus bersama-sama warga kampung membaur dalam semarak Lustrum Unnes IX. Sayangnya, bersama-sama hanya menjadi penanda waktu bukan penanda interaksi yang hangat.

Memang, dalam arak-arakan tersebut mereka melakukan aktivitas bersama. Pejabat universitas memimpin rombongan mengayuh sepeda onthel, mahasiswa ada yang jalan sambil membawa bendera, alat musik atau mengendari mobil mini, sementara warga ada yang membawa panji-panji, bendera, atau tetabuhan. Namun mereka datang dengan simbol kebesaran masing-masing.

Arakan-arakan budaya memang ditutup dengan happy ending melalui pentas seni dan pembagian door prize. Namun lihat saja, mahasiswa berbincang dengan sesamanya, sementara warga melakukan hal serupa. Kampung kampus dan kampus kampung bisa jadi hanya istilah yang menggambarkan persinggungan fisik semata. Sedangkan persinggungan fisik agaknya hanya konskuensi logis karena hidup pada tempat yang sama pada waktu bersamaan.

Surahmat
Pemimpin Umum BP2M Unnes
Dipublikasikan pada Poidum Buletin Sekaran Unnes

No comments:

Post a Comment