Negara ini dalam keadaan kacau. Sistem politik, ekonomi, dan hukum membuat saya pesimis bisa menjalni hidup secara baik di negeri ini. Agak sulit menjadi orang bersih di antara sistem yang korup. Begitupun sulit menjadi orang sejahtera di tengah sistem ekonomi yang dikuasai para mafia. Relasi negara dan warganya hanya konvensi yang dituangkan dalam berbagai dokumen. Sementara kehadiran negara sebagai sistem sosial, bisa dikatakan sangat jarang.
Suatu ketika saya ingin berpindah kewarganegaraan. Saya lari dari Indonesia dan memilih salah satu negara yang dikenal sehajtera. Mungkin Brunei Darusalam atau Selandia baru. Tapi setelah saya pikir lebih lama, cara itu bukan cara yang ditempuh ksatria. Selain Balaputradewa yang terusir dari Mataram dan merintis Sriwijaya, tidak ada kstaria yang “sukses” melarikan diri. Kisah kepahlawanan, dari epos hingga film, selalu diawali keinginan untuk bertahan di tengah kondisi sulit, dan bukan lari darinya.
Negeri ini tidak memberi banyak mimpi kesempatan untuk tumbuh dan mewujud. Negeri ini hanya menyisakan propaganda dan janji. Impian lebih banyak yang pupus daripada yang berkembang. Sistem hukum-politik-ekonomi justru menjadi pembunuh bagi impain banyak anak, banyak remaja. Negeri ini melahirkan keputusasaan akibat terbatasnya alternatif. Bukan hidup tanpa pilihan hampir selalu sulit?
Sunday, 23 January 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment